Koneksi Antar Materi Modul 1.4
Penerapan Disiplin Positif
di sekolah
Budaya POSITIF
www.yoharisna.xyz
Seorang guru yang baik harus memiliki kemampuan dalam mewujudkan budaya positif di sekolah.
Budaya Positif
dapat dijabarkan dengan menerapkan konsep-konsep diri seperti disiplin positif, memahami motivasi perilaku manusia berkaitan dengan hukuman dan penghargaan, posisi kontrol seorang guru, pembuatan keyakinan kelas, dan penerapan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah.
Budaya Positif
nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.
Budaya positif
Disiplin Positif
Kegiatan pramuka dapat menumbuhkan disiplin positif pada anak
menumbuhkan disiplin yang didorong dalam diri anak tanpa hukuman dan hadiah. Cara penerapannya dengan mengajarkan anak bertanggungjawab dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan nilai kebajikan.
membentuk sikap mandiri anak lebih ke arah diri yang dapat mengontrol diri dalam melakukan tindakan.
fokusnya pada memotivasi, refleksi terhadap kesalahan yang dilakukan, menghargai, dan membangun logika yang bersifat panjang, karena murid menyadari dan memahami berdasarkan motivasi internal bukan akibat dari paksaan, pujian, atau hukuman.
Motivasi Perilaku Manusia
Eksternal
Motivasi yang berasal dari luar diri sendiri
Menghindari ketidaknyamanan/ hukuman
Mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain
Sebaiknya menghindari menghukum/ memberikan penghargaan secara berlebihan untuk meminimalisasi motivasi eksternal, karena motivasi eksternal tidak dapat menjadikan anak mandiri dan bertanggung jawab secara merdeka.
Internal
Motivasi yang berasal dari diri sendiri
menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri dengan nilai-nilai yang meraka percaya
Posisi Kontrol Guru
Penghukum
Manajer
Pemantau
Teman
Pembuat
Merasa
Bersalah
Penghukum
Pembuat
Merasa
Bersalah
Posisi Kontrol Guru
Sesuatu yang menyakitkan harus terjadi
Tidak nyaman untuk murid/anak untuk
jangka waktu panjang.
Peraturannya adalah....kamu harus..”
biasanya guru akan bersuara lebih lembut, yang biasa dilakukan pembuat merasa bersalah biasanya berceramah menunjukkan kekecewaan mendalam.
“Peraturannya adalah....kamu harus..” Biasanya siswa jadi merasa gagal dan merasa kurang percaya diri saat ia tidak sekolah lagi.
Posisi Kontrol Guru
Teman
Pemantau
Guru pada posisi ini tidak akan menyakiti murid, namun akan tetap berupaya mengontrol murid melalui persuasi.
Posisi teman pada guru bisa negatif ataupun positif.
Positif di sini berupa hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid. Guru di posisi teman menggunakan hubungan baik dan humor untuk mempengaruhi seseorang
bertanggung jawab atas perilaku orang-orang yang kita awasi.
Posisi pemantau berdasarkan pada peraturan- peraturan dan konsekuensi.
Dengan menggunakan sanksi/konsekuensi, kita dapat memisahkan hubungan pribadi kita dengan murid, sebagai seseorang yang menjalankan posisi pemantau
Posisi Kontrol Guru
Manajer
guru berbuat sesuatu bersama dengan murid, mempersilakan murid mempertanggungjawabkan perilakunya, mendukung murid agar dapat menemukan solusi atas permasalahannya sendiri.
menginginkan murid- murid kita menjadi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab
mengajak siswa untuk menganalisis kebutuhan dirinya, maupun kebutuhan orang lain.
mengajak siswa untuk berkolaborasi tentang bagaimana memperbaiki kesalahan yang ada dengan mengacu pada restitusi agar siswa dapat menjadi manajer bagi dirinya sendiri dengan identitas positif/ berhasil pada murid
Posisi Kontrol Guru
Manajer
Menggunakan segitiga restitusi dalam penyelesaian masalah dengan memosisikan guru sebagai seorang manajer
Mewujudkan murid- murid yangi manusia yang merdeka, mandiri dan bertanggung jawab
Manajer
Budaya Positif
Filosofi KHD
Dengan. menjalankan budaya positif di sekolah, maka usaha mewujudkan visi guru penggerak akan lebih efisien
Budaya positif akan tercipta saat guru memiliki nilai guru penggerak yang mendorong kolaborasi semua warga sekolah dengan keyakinan sekolah yang telah disepakati bersama
nilai dan peran guru penggerak
Salah satu perubahan yang diharapkan dalam visi guru penggerak adalah terciptanya budaya positif hingga terwujudklah ekosistem sekolah yang menyenangkan, nyaman, aman, dan berpihak pada murid.
visi guru penggerak
Untuk mewujudkan visi guru penggerak tersebut, prakarsa perubahan sesuai dengan filosofi KHD yang mencerminkan profil pelajar pancasila perlu dilakukan dengan kolaborasi semua warga sekolah.
Refleksi
Teori
Kontrol
Teori
Motivasi
Posisi
kontrol
guru
Disiplin
Positif
hukuman dan penghargaan
keyakinan kelas
segitiga restitusi
kebutuhan dasar manusia
Refleksi
kebutuhan dasar manusia
Disiplin
Positif
Posisi
kontrol
guru
Teori
Kontrol
Teori
Motivasi
segitiga restitusi
keyakinan
kelas
hukuman dan penghargaan
Untuk mewujudkan visi guru penggerak, diperlukan kolaborasi semua warga sekolah yang memiliki kompetensi guru profesional. Guru yang memahami tentang teori kontrol, kebutuhan dasar manusia, teori motivasi, disiplin positif, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, dan segitiga restitusi serta dapat mengimplementasikannya dalam budaya positif. Sehingga, terciptalah ekosistem pendidikan yang menyenangkan, nyaman, ramah, aman, dan berpihak pada murid.
Rasa semangat dan bahagia semua warga sekolah dalam berkolaborasi untuk mewujudkan visi sekolah yang berpihak pada murid dengan mempraktikkan budaya positif di sekolah.
kebutuhan dasar manusia
Teori
Kontrol
Teori
Motivasi
Disiplin
Positif
Posisi
kontrol
guru
hukuman dan penghargaan
keyakinan
kelas
segitiga restitusi
Refleksi
Tantangan dan ancaman yang muncul sebagai dampak dari perubahan zaman adalah dinamika pembelajaran yang dapat disikapi dengan kolaborasi antara semua warga sekolah. Budaya positif yang mencerminkan profil pelajar pancasila dapat mengoptimalkan sumber daya alam yang ada dengan konsep Bagja.
Langkah perubahan paradigma menjadikan guru penggerak dapat menggerakkan semua warga sekolah untuk menciptakan ekosistem belajar dan bermain yang menyenangkan bagi murid. Kolabarasi yang melibatkan semua earga sekolah, masyarakat, dan industri dapat dilakukan melalui program-program yang melibatkan anak agar mereka dapat mempersiapkan diri untuk bekerja dan belajar di lingkungan masyarakat.
Budaya
positif
Perubahan
Cara
berpikir
Aksi
Refleksi
setelah mempelajari modul ini, saya merasakan perubahan cara berpikir tentang bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan restitusi. Proses langkah restitusi ini, menurut saya lebih efisien untuk menciptakan murid impian yang sesuai dengan visi sekolah.
Kesadaran akan pentingnya kolaborasi antar warga sekolah menjadikan saya lebih semangat dalam mengoptimalkan penerapan budaya positif di sekolah. Program-program sekolah dilaksanakan sesuai dengan nilai berpihak pada murid, seperti PKL, pramuka, dan Tefa.
Perubahan
Tantangan
Peluang
Aksi
Aksi
Refleksi
Tantangan dalam penerapan budaya positif di sekolah adalah resistensi dari beberapa guru yang masih belum memahami pentingnya restitusi dalam penyelesaian masalah murid. Konsep bahwa setiap kesalahan harus diberikan hukuman dianggap sebagai solusi.
Kasus murid dengan masalah motivasi internal yang rendah menjadikan tantangan bagi guru. Dampak perubahan ekonomi keluarga dan disrupsi media menjadikan murid tidak dapat mengontrol dirinya secara emosional, hingga kasus kekerasan atau bullying/ perundungan terjadi berulang di lingkungan sekolah.
Perasaan
Senang
Bahagia
Aksi
Refleksi
Sebagai guru SMK yang berkomitmen untuk mengantarkan anak-anak ke dunia kerja, saya measa senang dan bersemangat dapat memahami pentingnya budaya positif untuk mewujudkan visi sekolah. Perasaan yang saya pikir dapat ditularkan pada teman-teman guru di sekolah.
Perasaan bahagia yang saya rasakan ini, saya pikir dapat jadi supplement positif bagi diri saya untuk menciptakan suasana diskusi positif di lingkungan sekolah. Pemicu positif bagi pengembangan diri yang dapat berimbas pada pembelajaran di kelas yang menyenangkan. Karena guru bahagia akan menghasilkan murid yang kritis, berakhlak, inovatif, dan bahagia.
Pengalaman
Penerapan
Baik
Perlu
Perbaikan
Aksi
Refleksi
Penerapan segitiga restitusi sudah berjalan cukup baik dengan kolaborasi semua warga sekolah. Murid yang melakukan restitusi sudah merasakan dampak positif dari proses penyelesaian masalannya. Seperti Irza yang berhasil memenangkan lomba kompetensi sekolah pada acara lks sekolah setelah menjalani restitusi bersama wali kelas.
Kolaborasi dari pihak orang tua belum maksimal, hingga guru harus melakukan pendampingan dan home visit secara berkelanjutan. Usaha pendekatan melalui grup wali kelas dan home visit secara terjadwal dilakukan untuk mengoptimalkan peran serta orang tua/ wali murid.
penghukum
Refleksi
Pembuat
merasa bersalah
Sebelum mempelajari segitiga restitusi, posisi kontrol yang sering saya lakukan adalah penghukum dan pembuat merasa bersalah. Dengan melakukan kedua posisi kontrol tersebut, saya merasa berhasil memberikan efek jera pada murid yang melakukan kesalahan.
Posisi kontrol guru
teman
Pemantau
Manajer
Namun, saya menyadari bahwa posisi kontrol tersebut memiliki banyak kelemahan, yaitu: perasaan bersalah dan menyesal serta gagal, karena murid gagal kembali ke identitasnya yang baik. Anak-anak tersebut bahkan menjadi lebih buruk perilakunya dibandingkan sebelumnya akibat rasa marah dan kecewa pada guru.
Dalam kasus lain, beberapa siswa didapati malas sekolah dan akhirnya tidak sekolah lagi, karena kurangnya kolaborasi guru dan wali murid. Kasus ini membuat saya dan teman-teman merasa sedih dan kecewa.
Refleksi
Posisi kontrol guru
Pemantau
Manajer
Setelah mempelajari modul 1.4 ini, saya menyadari pentingnya restitusi dalam penyelesaian masalah murid agar mereka menjadi anak yang mandiri, merdeka, dan bertanggungjawab. Dengan restitusi, saya mengajak anak untuk berpikir kritis dalam usaha mengenali kesalahannya dan mencari solusi bagi masalahnya sendiri.
Perasaan saya senang dan bangga, karena anak dapat mengidentifikasi dan mengakui kesalahannya dan berusaha memperbaiki kesalahannya sendiri secara mandiri dan bertanggungjawab. Seperti kasus Riki, Irza, dan Farrel yang sekarang terlihat lebih semangat dan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah.
Posisi kontrol pemantau dan manajer yang saya lakukan terhadap ketiga anak tersebut merupakan proses penyelesaian masalah yang berjenjang dan berkelanjutan.
Refleksi
Posisi kontrol guru
Sebelum mempelajari segitiga restitusi, saya pikir saya pernah melakukan posisi kontrol sebagai manajer. Tapi, saya melewati proses awal segitiga restitusi, yaitu menstabilkan identitas.
Saat itu, saya langsung bertanya, “Apakah kamu menyadari bahwa kamu melakukan kesalahan? Bagaimana menurutmu? Apakah kamu bersedia memperbaiki kesalahan? Siswa biasanya akan merespon dengan pengakuan atas perbuatan salahnya dan bersedia memperbaikinya.
Validasi
tindakan
yang salah
Manajer
2
Validasi
tindakan
yang salah
Menanyakan keyakinan
3
Menanyakan
keyakinan
Lalu, saya akan menanyakan prinsip kebaikan apa yang telah dilanggar. Respon anak biasanya adalah pernyataan apa yang mereka yakini dan sepakati dalam peraturan tata tertib sekolah. Aturan yang sudah disetujui saat anak masuk sekolah di awal pembelajaran.
Konsep budaya positif
Konsep budaya positif yang dipelajari di modul 1.4 sudah cukup relevan dengan perkembangan zaman. Adaptasi yang dilakukan oleh guru dalam usaha menciptakan murid yang mandiri, merdeka, dan bertanggungjawab adalah hal yang alami, karena latar belakang dan kondisi murid yang berbeda di setiap sekolah.
Kata kunci utama dalam penerapan budaya positif di sekolah adalah berpihak pada murid, sehingga segala upaya yang dilakukan guru yang berkolaborasi dengan semua warga sekolah Insya Allah bermuara pada visi sekolah
Terima kasih
Tergerak bergerak menggerakkan
Penerapan budaya positif di sekolah